Seorang Guru
Menggandeng tangan, Membuka pikiran Menyentuh hati, Membentuk masa depan Seorang Guru berpengaruh selamanya Dia tidak pernah tahu kapan pengaruhnya berakhir(Henry Adam) |
Zaman semakin maju, semakin
modern. Gedung-gedung semakin tinggi, namun moral semakin rendah. Angka
kelahiran kian meningkat, selaras dengan angka kemiskinan. Dalam dunia yang
semakin keras ini,manusia yang mampu untuk survive
hanyalah mereka yang lebih;lebih baik,lebih berkompeten ketimbang manusia
lainnya. Kelebihan itu tidak lain dimiliki oleh mereka yang sukses,yang
berkuasa,yang memiliki network luas,yang
cerdas,dimana untuk menguasai kelebihan itu haruslah dengan belajar dan bekerja
keras.
Saya rasa negara kita tercinta Indonesia ini masih
dihadapi dengan problema yang besar,yaitu rendahnya sumber daya manusia yang
berkompeten,yang cerdas. Saya tidak berkata Indonesia tidak memiliki sumber
daya manusia yang berkompeten,namun hanya sumber daya manusia yang berkompeten
ini masih sangat sedikit,yang hal ini jelas akan mempengaruhi ‘nama’ negara
kita dalam persaingan internasional,persaingan kelas dunia. Masalah sumber daya
manusia ini jelas harus diperhatikan. Bila kita masih sibuk hanya memperhatikan
masalah krisis sumber daya alam,sejatinya saya katakan,krisis sumber daya
manusia akan lebih mengerikan dibandingkan krisis sumber daya alam.
Untuk mengatasi
krisis sumber daya manusia ini,diperlukanlah mereka para pahlawan. Pahlawan?
Ya,pahlawan,namun bukan pahlawan dimana ini masih merupakan zaman angkat
senjata. Pahlawan yang saya maksud disini adalah pahlawan tanpa tanda jasa,yang
lebih kita kenal sebagai bapak dan ibu guru. Namun tetap, dengan jumlah pelajar
dari jenjang Sekolah Dasar,Sekolah Menengah Atas,dan Sekolah Menengah Kejuruan
yang tahun ajaran ini (2013/2014) berjumlahkan hingga 1.535.065 siswa*),akan
menjadi tantangan bagi para pahlawan kita.
Namun sayang,realita
tidak semudah itu. Tidak sebatas ‘guru yang baik mengajari siswa dan mereka
akan sukses’. Kita lihat sisi gelapnya. Data
menunjukkan bahwa sekitar 3,8 juta penduduk indonesia atau 2,2% adalah pengguna
narkoba dan 22% dari jumlah tersebut adalah pelajar. Itu artinya ada sekitar
836.000 pelajar di Indonesia yang terjerat kasus penyalahgunaan narkoba**).
Belum lagi kasus free sex,naiknya
angka kematian akibat penyakit kelamin yang ditimbulkan,maraknya aborsi
dilakukan remaja yang hamil diluar nikah,dan masih banyak lagi.
Kenapa
generasi muda kita banyak yang terjerumus narkoba,judi,dan seks bebas ? Pertanyaan
ini menjadi bahan refleksi kita semua,bukan saja pihak orang
tua,stakeholder pendidikan,namun peran guru sebagai pahlawan yang berdiri di
depan,menjadi panutan,suri teladan,memaknai apa yang sudah diberikan dan
diperbuat dalam mendidik,membina mentalitas dan moral anak-anak kita sebagai
generasi penerus bangsa.
Saya
meluruskan bahwa sebenarnya guru-guru itu tidak semuanya salah dan bapak-ibu
guru memang patut mendapat julukan ‘pahlawan tanpa tanda jasa’. Namun,fakta
berkata,banyak dari para pahlawan itu telah ‘gugur’. Kita tinjau dari elemen
terburuk. Tidak sedikit kasus kejahatan terhadap peserta didik didalangi oleh
pendidiknya,entah berbentuk kekerasan fisik maupun seksual. Hingga elemen
paling dasar,runtuhnya peran guru sebagai ‘orang tua’ di sekolah. Peran dan
fungsi guru di era saat ini sangat jauh berbeda dengan guru di era 70 -an,dimana
dulu peserta didik ditanamkan tentang disiplin soal waktu pergi dan pulang
sekolah,disiplin berpakaian,disiplin belajar di kelas maupun rumah,dan
diajarkan tentang tata krama,sopan santun,menghargai dan menghormati orang
lain.
Sangat
dirasa bahwa tugas dan fungsi guru dewasa ini banyak dimaknai sebatas
mendidik,namun peran guru sebagai garda terdepan yang harus menunjukkan pribadi
sebagai pelindung,pembimbing anak-anak menjadi anak yang baik,pintar,berbakti
kepada orangtua,masyarakat,dan bangsa,pengayom dan pelayan masyarakat yang
selalu setia dan mencintai pekerjaan serta beban tugas yang diemban dengan
tulus kini mulai hilang,bahkan pudar. Hilangnya identitas guru mengakibatkan
banyak guru tidak lagi mendapat tempat dan simpati masyarakat
Adapun yang saya temui beberapa dari
‘pahlawan gugur’ seperti berikut.
Ø Guru makan gaji buta,artinya guru tersebut malas-malasan,jarang,atau
bahkan hingga titik extreme,tidak
pernah hadir di kelas untuk mengajar,tapi setiap bulan tetap menerima gaji dari
pemerintah. Guru berbuat dan bertindak sesuka hati,tanpa ada tindakan tegas dan
nyata dari atasanya.
Ø Guru bisnis,artinya banyak guru tidak lagi
memperhatikan fungsi dan tugas sebagai seorang guru,melainkan lebih
mementingkan kepentingan bisnis diatas segala-galanya,anak-anak hanya dijadikan
obyek sebagai lahan mencari duit, dan mengejar kekayaan materialistis,dimana
mengajar hanya sebagai ‘pengguguran kewajiban’ semata.
Ø Guru politik,artinya banyak guru tidak lagi
berperan sebagai stabilitator dan agen pembaharu,pemersatu,pengayom dan
pelindung masyarakat dalam memberikan pencerahan tentang pendidikan politik
yang baik dan santun serta bermartabat kepada generasi muda,mereka kesampingkan
tugas dan fungsinya,guru saat ini langsung ikut terjun bermain dalam
kepentingan politik praktis,akibatnya banyak juga guru yang menjadi korban
politik sesaat.
Kondisi pendidik yang seperti inilah
yang menjadi faktor pudarnya karakter dan penurunan prestasi pemuda. Hilangnya
sosok guru yang dirindukan,seorang pembimbing yang situasional,dapat bertindak
sesuai dengan keadaan yang dituntut,seorang ‘orangtua’ yang mendengar dan
mengasihi peserta didik,yang dapat menyembuhkan ‘luka’ peserta didik agar dapat
kembali berdiri dan berlari menapaki dunia pendidikan,dan masih banyak lagi
sosok guru yang dirindukan yang dapat membangkitkan semangat belajar peserta
didik untuk meraih prestasi.
Namun tetap,tidak bisa kita katakan ‘guru
salah dan mereka harus berubah’. Karena peserta didik dan orangtua tidak 100%
benar,guru tidak 100% salah pula. Semua harus saling bersatu dan saling ber-synergy untuk mengembalikan pendidikan
ke jalur yang seharusnya serta mencerahkan serta mengkokohkan kembali karakter
pemuda kita serta meningkatkan minat belajar para peserta didik. Bayangkanlah terciptanya
masa depan dipenuhi dengan semangat para pendidik,dimana rasa untuk melahirkan
generasi penerus bangsa yang sukses tertanam dalam jiwa,serta terukirnya senyum
dan tersulutnya ‘api’ semangat untuk sukses para peserta didik. Keadaan seperti
itu bukan hanya utopia,tetapi bisa direalisasi. Memang butuh waktu lama,namun
harapan itu masih ada. Untuk itu,mari kita semua saling bekerja sama demi
Indonesia yang lebih baik.
Guru biasa memberitahukan
Guru baik menjelaskan Guru ulung memeragakan Guru hebat mengilhami (William Arthur Ward) |
Sekian.
TUGAS KELOMPOK RESEARCH PROJECT SMAN 10 SAMARINDA :
1. YUSUF TRIHARTONO T
2. M. ARTOVA AL-KINDI
1. YUSUF TRIHARTONO T
2. M. ARTOVA AL-KINDI
3. IQBAL PRAMUDIA
*)Data disadur dari http://kemdikbud.go.id/kemdikbud
*)Data disadur dari http://kemdikbud.go.id/kemdikbud
**)Data disadur dari http://www.pontianakpost.com/pro-kalbar/singkawang/15563-ada-836-000-pelajar-terjerat-kasus-narkoba.html